Rabu, 17 Oktober 2012

"Etika bisnis"

Nama    :    Yoggy  S atrio. W
Kelas        :    4EA17
NPM        :    11208307

ETIKA Bisnis “Waralaba INDOMARET”

Bisnis waralaba kini telah menjamur di Indonesia. Perkembangannya yang pesat mengindikasikan sebagai salah satu bentuk investasi yang menarik, sekaligus membantu pelaku usaha dalam memulai suatu usaha sendiri dengan tingkat kegagalan yang rendah. Indomaret merupakan jaringan minimarket yang menyediakan kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari dengan luas penjualan kurang dari 200 M2. Dikelola oleh PT Indomarco Prismatama, cikal bakal pembukaan Indomaret di Kalimantan dan toko pertama dibuka di Ancol, Jakarta Utara.


Tahun 1997 perusahaan mengembangkan bisnis gerai waralaba pertama di Indonesia, setelah Indomaret teruji dengan lebih dari 230 gerai. Pada Mei 2003 Indomaret meraih penghargaan "Perusahaan Waralaba 2003" dari Presiden Megawati Soekarnoputri. Pada tahun tersebut Indomaret memperkenalkan sistem kemitraan kepemilikan dan pengelolaan gerai dengan cara waralaba. Sampai Mei 2008 telah mencapai jumlah 1097 gerai waralaba. Mitra usaha waralaba ini meliputi: koperasi, badan usaha dan perorangan. Indomaret melakukan pola kemitraan (waralaba) dengan membuka peluang bagi masyarakat luas untuk turut serta memiliki dan mengelola sendiri gerai Indomaret. Pola waralaba ini ditawarkan setelah Indomaret terbukti sehat yang didukung oleh sistem dan format bisnis yang baik.

Pengalaman panjang yang telah teruji itu mendapat sambutan positif masyarakat, terlihat dari meningkat tajamnya jumlah gerai waralaba Indomaret, dari 2 gerai pada tahun 1997 menjadi 1097 gerai pada Mei 2008. Program waralaba Indomaret yang tidak rumit terbukti dapat diterima masyarakat. Bahkan, sinergi pewaralaba (Indomaret) dan terwaralaba (masyarakat) ini merupakan salah satu keunggulan domestik dalam memasuki era globalisasi.


-

Meski bisnis waralaba yang ditawarkan semakin beragam, namun untuk menjatuhkan pilihan terhadap bisnis waralaba secara tepat, terkadang mengalami kesulitan. Padahal pilihan awal akan sangat menentukan. Ada hal mendasar dalam menentukan pilihan. Paling tidak bidang usahanya stabil dan berprospek serta track record pewaralaba (franchisor) baik dan berpengalaman

Sebagai strategi ekspansi yang melibatkan modal pihak lain, bisnis waralaba mau tidak mau harus transparan dan konsepnya saling menguntungkan serta saling percaya di antara pewaralaba dengan terwaralaba (franchisee). Minimal selama 5 tahun bisnis waralaba tersebut mampu membuktikan sebagai perusahaan sehat, yang didukung oleh sistem dan format bisnis yang telah teruji.


Bidang usaha yang relatif stabil adalah bisnis ritel. Di Indonesia bisnis ini terus berkembang seirama dengan kebutuhan penduduk yang jumlahnya terus meningkat. Salah satu bisnis ritel yang melayani kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari adalah minimarket. Indomaret yang tetap konsisten berkecimpung di bidang minimarket (lokal) dikelola secara profesional dan dipersiapkan memasuki era globalisasi.


Hingga Februari 2009 Indomaret mencapai 3176 gerai. Dari total itu 1830 gerai adalah milik sendiri dan sisanya 1346 gerai waralaba milik masyarakat, yang tersebar di kota-kota di Jabotabek, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jogjakarta, Bali dan Lampung. Di DKI Jakarta terdapat sekitar 300 gerai.

Indomaret mudah ditemukan di daerah perumahan, gedung perkantoran dan fasilitas umum karena penempatan lokasi gerai didasarkan pada motto "mudah dan hemat". Lebih dari 3.500 jenis produk makanan dan nonmakanan tersedia dengan harga bersaing, memenuhi hampir semua kebutuhan konsumen sehari-hari.


Didukung oleh 12 pusat distribusi, yang menggunakan teknologi mutakhir, Indomaret merupakan salah satu aset bisnis yang sangat menjanjikan. Keberadaan Indomaret diperkuat oleh anak perusahaan di bawah bendera grup INTRACO, yaitu Indogrosir, Finco, BSD Plaza dan Charmant


*Mini Market Modern terkadang tidak menggunakan Etika bisnis yang baik dalam manjalankan bisnisnya tersebut

Pertarungan Mini Market Consumer Good Modern saat ini tak akan lepas dan selalu identik dengan Pertarungan Alfamart vs Indomaret di suatu lokasi,jika salah satu diantaranya didirikan maka yang yang lain akan mengekor,kehadiran Mini Market ini tidak hanya saling mencakar satu sama lain namun imbasnya juga menerjang warung atau Toko Retail Tradisional disekelilingnya,dan biasanya toko tradisional tersebut tak bisa membendung pelanggannya untuk berpindah ke Alfamart atau Indomaret

*Faktor penyebabnya
Mini Market Alfamart atau Indomaret tersebut tidaklah dikenal masyarakat,bahkan kala itu banyak cibiran dan nada miring yang dialamatkan pada kedua Mini Market tersebut,tidak sedikit yang mengatakan bahwa keberadaan Mini Market Modern itu tidak akan berumur panjang akibat kalah bersaing dengan toko tradisional yang mempunyai harga produk jauh lebih murah.



* Cara mengatasinya

Mini market moderen ini memiliki strategi di antaranya di mulai dari fasilitas yang lebih moderen di bandingkan toko tradisional yang mempunyai ciri khas ruang pajang dengan rak-rak yang tersusun rapi, variasi produk yang sangat banyak, pembayaran yang praktis dengan sistem kasir, ruangan ber-AC, tidak pengap, harga yang sangat kompetitif.


2. Tanggung Jawab perusahaan terhadap konsumen       serta Lingkungan skitar .
 
    Mini Market modern mempunyai tanggung jawab terhadap konsumen serta lingkungan seperti mengarah kepada sisi pelayanan,dengan pelayaan yang maksimal kepada pengunjung akan membedakan keduannya,akhirnya nanti tinggal satu yang menang,kalau sudah demikian bagaimana nasib dari pemilik Toko Tradisional? pilihannya tinggal satu berubah atau mati

   




Jumat, 25 Februari 2011

Obsesi dan impian


                                           Obsesi dan impian

         
          Banyak profesi yang bisa dipilih dan dijalani oleh laki-laki saat ini,tetapi tidak banyak yang memilih jalur nonprofit.mendirikan yayasan untuk membantu orang lain yang kurang beruntung,melakukan kegiatan amal bagi orang yang membutuhkan,atau terjun langsung ke lapangan saat terjadi bencana alam,adalah sebagian contoh dari pekerjaan mulia yang tidak bisa dibilang mudah untuk dikerjakan. Di indonesiapun banyak sekali malaikat-malaikat yang tersebar di mana-mana.
            Satu kuncinya adalah kita harus bertekad dalam hati bahwa “impian bisa terwujud dengan tekad dan kerja keras”. Mungkin saat saya masih anak-anak saya mempunyai banyak cita-cita yang berbeda-beda dari tahun ke tahun. tapi saat usia saya menginjak 16tahun, saya bermimpi sesuatu yang akhirnya mengubah jalan hidup saya dan membuat saya jadi ingin mewujudkan mimpi itu.dalam mimpi itu,saya membangun sebuah sekolah (hampir mirip dengan asrama), dengan 68 ruangan(termasuk kelas-kelas dan ruang kamar),
            Sebuah ruang musik,aula besar,masjid,lapangan dan kolam renang kecil. Sekolah ini dibangun untuk anak-anak yang diterlantarkan orang tuanya atau yang tidak memiliki rumah, sehingga mereka bisa tinggal dan belajar disana. Dari mimpi itu saya pun menjadi terobsesi, jika saya nanti sudah menggenggam gelar sarjana ,saya akan melamar kerja dan bekerja dengan giat agar bisa mengumpulkan uang yang banyak ,agar saya bisa membahagiakan orang tua saya,mencukupi kehidupan saya nantinya dan tentunya
            mewujudkan mimpi-mimpi saya yakni mendirikan sebuah sekolah sekaligus asrama bagi anak-anak yang kurang beruntung.saya harus bisa dan bertekad,kalau tidak mimpi itu akan hanya menjadi sekedar mimpi yang tidak akan pernah terwujud.saat saya masuk SMA dimana pada saat itu memang masa SMA adalah masa terlabil dalam hidup seseorang, saya sering membolos sekolah dan lebih memilih main warnet dengan teman-teman saya, saya tau saya sangat bodoh karena selama 3tahun masa SMA saya hanya
menyia-nyiakan hidup saya dengan hal-hal yang membuang-buang uang orang tua saya.tapi saya sangat bersyukur karena allah swt masih sangat-sangat baik kepada saya sehingga saya bisa lulus ujian SMA dengan nilai yang cukup mengesankan dan bukan paket c.saat saya mendaftarkan diri di UNIVERSITAS GUNADARMA alhamdullilah saya mendapat great 2, sehingga harga masuknya diskon dan sayapun tidak menyusahkan orang tua saya.
Saat masuk kuliah, impian saya saat saya berusia 16tahun itupun akhirnya datang lagi.dan saya bertekad mewujudkan kembali impian saya itu, saya berusaha dengan giat dan tekad yang kuat agar bisa mewujudkan mimpi itu, meskipun biasanya anak-anak kuliahan kerjaannya hanya merokok,dugem,mabuk dan merokok.akan tetapi saya berusaha tidak melakukan itu semua,meskipun banyak bujukan-bujukan yang ,membuat saya agak goyah tekadnya,
Akan tetapi karena obsesi saya, semua itu tidak saya lakukan dan saya tetap belajar,belajar dan belajar dengan giat dan usaha yang keras.sampai saat ini saya tetap dan selalu mencoba untuk belajar dengan giat, semangat,rajin dan tentunya tidak lupa untuk selalu berdoa kepada allah dan meminta doa pula kepada orang tua saya, saya yakin suatu saat mimpi-mimpi saya akan terwujud.dan semua orang yang selama ini menganggap saya remeh dan memandang saya sebelah mata akan tau bahwa saya bisa.

penelitian ilmiah

Cara Penulisan Laporan Ilmiah

Format laporan ilmiah
Ada berbagai macam format penulisan .Namun perbedaan di antara format format yang ada jangan terlalu dipermasalahkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah:
Pembaca dapat memahami dengan jelas bahwa penelitian telah dilakukan tujuan dan hasilnya.
Langkah – langkah medannya jelas , agar jika pembaca tertarik dapat mengulang kembali.

Pada dasarnya ada dua bentuk sistematika penulisan ilmiah ,Yaitu penulisan proposal penelitian dan laporan hasil penelitian . Pada umumnya sistematika penulisan proposal penelitian danpenulisan laporan penelitian sebagai berikut :
Bagian awal
halaman judul
Halamn persetujuan dan pengesahan (pada laporan penelitian ,sebelum halaman kata pengantar dicantumkan intisari /abstrak)
Halamn kata pengantar atau prakata
Daftar isi
Daftar tabel (jika ada)
Daftar gambar (jika ada)
Daftar lampiran (jika ada)

Bagian Utama
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Rumusan masalah
Tujuan penelitian
Ruang lingkup
Manfaat penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Landasan teori/ tinjauan teoretis
Kerangak teori
Kerangka konsep
Hipotesis atau pertamyaan penelitian (jika ada hipotesis)

BAB III METODE PENELITIAN ATAU CARA PENELITIAN
Jenis penelitian
Populasi sample (untuk penelitian disertai unit penelitian )
Variabel penelitian (untuk penelitian laboratorium / eksperimental, sebelum variabel penelitian dicantumkan bahan dan alat)
Definisi operasioanal variabel atau istilah –istilah lain yang digunakan untuk memberi batasan operasional agar jelas yang dimahsud dalam penelitian itu.
Desain / rancangan penelitian ( tidak harus , kecuali pada penelitian eksperimental)
Lokasi dan waktu penelitian
Teknik pengumplan data.
Instrumen penelitian yang digunakan
Pengolahan dan Analisis data

Khusus laporan penelitian dilanjutkan dengan bab IV -VI berikut ini :

BAB IV – HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V – KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI – RINGKASAN

Bagian Akhir

1. Daftar pustaka

2. Lampiran – lampiran;

Jumat, 15 Oktober 2010

Pola Perilaku Konsumen dalam Kegiatan Ekonomi

Penilaian seseorang terhadap suatu barang akan memengaruhi pola
perilakunya dalam berkonsumsi.
1. Pengertian dan Tujuan Konsumsi
a. Pengertian Konsumsi
Dalam pengertian ekonomi, konsumsi diartikan sebagai kegiatan
manusia mengurangi atau menghabiskan nilai guna suatu barang atau
jasa untuk memenuhi kebutuhan, baik secara berangsur-angsur maupun
sekaligus habis. Pihak yang melakukan konsumsi disebut konsumen.
b. Tujuan Konsumsi
Kegiatan konsumsi yang dilakukan manusia bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan hidup atau untuk memperoleh kepuasan
setinggi-tingginya sehingga tercapai tingkat kemakmuran.
Dengan
adanya lapisan masyarakat yang berbeda-beda, tujuan konsumsi juga
berbeda pula. Pada masyarakat tradisional yang ditandai dengan
peradaban yang belum maju dan kebutuhan masih sederhana, kegiatan
konsumsi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari guna
mempertahankan kelangsungan hidup. Sedangkan pada masyarakat
modern, tujuan konsumsi sudah berubah bukan hanya sekadar
mempertahankan hidup, tetapi lebih banyak diarahkan untuk
kepentingan kesenangan dan prestise (harga diri).
2. Perilaku Konsumen
a. Kepuasan Konsumen terhadap Produk
Tujuan utama dari konsumen dalam mengonsumsi suatu produk
adalah untuk memaksimalkan kepuasan total (total utility). Kepuasan
total dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mencerminkan
kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen dapat terpenuhi melalui
produk yang dikonsumsi.
Jika kepuasan total konsumen dapat dimaksimalkan maka barang
tersebut akan memiliki nilai tukar dan nilai pakai yang tinggi. Artinya,
jika suatu barang dapat memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan
konsumen maka konsumen akan bersedia membayar dengan harga
yang lebih tinggi.
Menurut Vincent Gasperz, terdapat faktor-faktor yang
memengaruhi penilaian dan dugaan/pengharapan (ekspektasi)
konsumen terhadap suatu barang, yaitu sebagai berikut.
1. Kebutuhan dan keinginan
Jika kebutuhan dan keinginan konsumen besar maka penilaian dan
pengharapan konsumen juga besar, demikian pula sebaliknya. Jika
kebutuhan dan keinginan kecil maka penilaian dan pengharapan
konsumen juga kecil.
2. Pengalaman masa lalu
Pengalaman mengonsumsi produk yang sama atau produk lainnya
yang sama fungsinya.
3. Pengalaman dari teman
Teman Anda ada yang pernah mengonsumsi suatu produk sebelum
Anda, akan menceritakan kepada Anda kualitas produk tersebut
sehingga dapat menambah atau mengurangi penilaian dan
pengharapan Anda terhadap produk yang akan Anda konsumsi.
4. Komunikasi iklan dan pemasaran
Iklan dan pemasaran dapat mengubah pengharapan Anda
terhadap suatu barang. Mungkin saja pengharapan Anda terhadap
suatu produk tertentu karena penyajian dan pemasaran yang baik.
b. Karakteristik produk yang diinginkan konsumen
Konsumen biasanya menginginkan produk yang memiliki
karakteristik lebih murah, lebih cepat, dan lebih baik. Karakteristik lebih
murah berkaitan dengan biaya produksi suatu produk. Artinya, jika
produsen dapat menghasilkan produk yang lebih murah konsumen
akan lebih tertarik karena faktor harga merupakan pertimbangan paling
penting bagi konsumen dalam melakukan pembelian. Biasanya
produk yang lebih murah lebih diinginkan oleh konsumen
dibandingkan produk yang sama dengan harga yang lebih mahal.
Karakteristik lebih cepat berkaitan dengan waktu. Artinya,
konsumen menginginkan produk yang mudah didapat serta ada di
mana saja. Jadi, konsumen tidak perlu pergi jauh-jauh hanya untuk
mendapatkan suatu produk.
Karakteristik lebih baik berkaitan dengan kualitas produk. Kualitas
merupakan faktor yang cukup berperan dalam pengambilan keputusan
pembelian. Produk dengan kualitas yang lebih baik diinginkan oleh
konsumen dibandingkan produk yang sama dengan kualitas lebih jelek.
c. Pengeluaran untuk konsumsi
Besar kecilnya konsumsi yang dilakukan oleh konsumen (perilaku
konsumen) tergantung pada faktor-faktor berikut.
1. Selera (Taste)
Selera adalah keinginan yang muncul dari dalam hati
seseorang karena adanya daya tarik/rangsangan terhadap suatu
benda atau jasa sangat dipengaruhi oleh faktor psikologis
konsumen. Jika selera rendah, konsumsi pun rendah, sebaliknya
jika selera tinggi, jumlah konsumsi pun akan tinggi pula.
2. Tingkat pendapatan
Besar kecilnya tingkat pendapatan yang diterima oleh
seseorang sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya
pengeluaran untuk konsumsi.
3. Kebiasan dan sikap hidup
Hal ini menyangkut perilaku yang sering muncul dan
dilakukan oleh konsumen, misalnya hidup hemat atau sebaliknya
hidup senang atau boros.
4. Lingkungan tempat tinggal
Manusia selalu hidup beradaptasi atau dipengaruhi oleh
lingkungannya sehingga pola konsumsi pun dapat dipengaruhi
oleh lingkungan.
5. Alat distribusi
Pengadaan jumlah barang di suatu tempat tergantung pada
alat distribusi yang digunakan. Semakin baik alat transportasi yang
digunakan, semakin besar pengeluaran yang digunakan untuk
konsumsi.
Menurut Engel, semakin besar pendapatan seseorang semakin kecil
bagian pendapatannya yang digunakan untuk konsumsi, dan sebaliknya
semakin kecil pendapatan semakin besar bagian pendapatan yang dipakai
untuk konsumsi.

PERILAKU KONSUMEN DALAM KEGIATAN EKONOMI

Konsumen akan selalu melakukan kegiatan konsumsi, dimana dalam kegiatan konsumsi tersebut akan ada sesuatu yang diinginkan yaitu utilitas. Konsumen akan berusaha mendapatkan utilitas dari setiap kegiatan konsumsi yang dilakukan. Bahkan, konsumen akan berusaha agar utilitas yang diperoleh adalah utilitas maksimum. Utilitas maksimum adalah suatu kegiatan konsumsi konsumen dalam mencapai keseimbangan pasar, yaitu besar pengorbanan yang dikeluarkan sama atau sebanding dengan utilitas yang didapat dari barang yang dikonsumsi. Oleh karena itu, utilitas maksimum sering disebut keseimbangan konsumen.

Utilitas maksimum dalam mengonsumsi atau menggunakan barang dan jasa dapat diidentifikasi dengan tiga pendekatan, yaitu pendekatan kardinal (utilitas konsumen dapat diukur dengan angka) denngan menggunakan konsep Marginal Utility (MU), pendekatan ordinal (utilitas konsumen dapat dinyatakan melalui tingkatan-tingkatan utilitas dari tingkat rendah ke tingkat tinggi) dengan menggunakan konsep indifference curve (konsep kurva indiferen), dan garis anggaran (budget line).

++ Pendekatan
Dalam mempelajari perilaku konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang ada dua pendekatan, yaitu:
A. Pendekatan Kardinal
B. Pendekatan Ordinal

A. Pendekatan Kardinal
-Kepuasan seorang konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dengan satuan kepuasan misalnya mata uang.
-Setiap tambahan satu unit barang yang dikonsumsi akan menambash kepuasan yang diperoleh konsumen tersebut dalam jumlah tertentu.
-Tambahan kepuasan yang diperoleh dari penambahan jumlah barang yang dikonsumsi disebut kepuasan marginal (Marginal Utility).
-Berlaku hukum tambahan kepuasan yang semakin menurun (The Law of Diminishing Marginal Utility), yaitu besarnya kepuasan marginal akan selalu menurun dengan bertambahnya jumlah barang yang dikonsumsi secara terus menerus.

B. Pendekatan Ordinal
-Kelemahan pendekatan kardinal terletak pada anggapan yang digunakan bahwa kepuasan konsumen dari mengkonsumsi barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Padakenyataannya pengukuran semacam ini sulit dilakukan.
-Pendekatan ordinal mengukur kepuasan konsumen dengan angka ordinal (relatif).
-Tingkat kepuasan konsumen dengan menggunakan kurva indiferens (kurva yg menunjukkan tingkat kombinasi jumlah barang yang dikonsumsi yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama).

Dimana ciri-ciri kurva indiferens adalah:
1. Mempunyai kemiringan yang negatif (konsumen akan mengurangi konsumsi barang yg satu apabila ia menambah jumlah barang lain yang di konsumsi).
2. Cembung ke arah titik origin, menunjukkan adanya perbedaan proporsi jumlah yang harus ia korbankan untuk mengubah kombinasi jumlah masing-masing barang yang dikonsumsi (marginal rate of substitution).
3. Tidak saling berpotongan, tidak mungkin diperoleh kepuasan yang sama pada suatu kurva indiferens yang berbeda.

++ Konsep Elastisitas
Elastisitas dapat diartikan sebagai derajat kepekaan suatu gejala ekonomi terhadap perubahan gejala ekonomi lain atau dapat diartikan juga sebagai tingkat kepekaan perubahan kuantitas suatu barang yang disebabkan oleh adanya perubahan faktor-faktor lain.
Ada 3 (tiga) macam elastisitas, yaitu :

A. Elastisitas Harga (Price Elasticity), membahas perbandingan/ratio persentase perubahan kuantitas suatu barang yang diminta atau yang ditawarkan dengan persentase perubahan harga barang itu sendiri.

B. Elastisitas Silang (Cross Elasticity), membahas perbandingan/ratio persentase perubahan kuantitas suatu barang (barang X) yang diminta atau yang ditawarkan dengan persentase perubahan harga barang lain (barang Y).

C. Elastisitas Pendapatan/Income, membahas perbandingan/ratio persentase perubahan kuantitas suatu barang yang diminta atau yang ditawarkan dengan persentase perubahan income/pendapatan.
   






selengkapnya

Pola Perilaku Konsumen dalam Kegiatan Ekonomi

Penilaian seseorang terhadap suatu barang akan memengaruhi pola
perilakunya dalam berkonsumsi.

1. Pengertian dan Tujuan Konsumsi
a. Pengertian Konsumsi
Dalam pengertian ekonomi, konsumsi diartikan sebagai kegiatan
manusia mengurangi atau menghabiskan nilai guna suatu barang atau
jasa untuk memenuhi kebutuhan, baik secara berangsur-angsur maupun
sekaligus habis. Pihak yang melakukan konsumsi disebut konsumen.
b. Tujuan Konsumsi
Kegiatan konsumsi yang dilakukan manusia bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan hidup atau untuk memperoleh kepuasan
setinggi-tingginya sehingga tercapai tingkat kemakmuran.
Dengan
adanya lapisan masyarakat yang berbeda-beda, tujuan konsumsi juga
berbeda pula. Pada masyarakat tradisional yang ditandai dengan
peradaban yang belum maju dan kebutuhan masih sederhana, kegiatan
konsumsi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari guna
mempertahankan kelangsungan hidup. Sedangkan pada masyarakat
modern, tujuan konsumsi sudah berubah bukan hanya sekadar
mempertahankan hidup, tetapi lebih banyak diarahkan untuk
kepentingan kesenangan dan prestise (harga diri).
2. Perilaku Konsumen
a. Kepuasan Konsumen terhadap Produk
Tujuan utama dari konsumen dalam mengonsumsi suatu produk
adalah untuk memaksimalkan kepuasan total (total utility). Kepuasan
total dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mencerminkan
kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen dapat terpenuhi melalui
produk yang dikonsumsi.
Jika kepuasan total konsumen dapat dimaksimalkan maka barang
tersebut akan memiliki nilai tukar dan nilai pakai yang tinggi. Artinya,
jika suatu barang dapat memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan
konsumen maka konsumen akan bersedia membayar dengan harga
yang lebih tinggi.
Menurut Vincent Gasperz, terdapat faktor-faktor yang
memengaruhi penilaian dan dugaan/pengharapan (ekspektasi)
konsumen terhadap suatu barang, yaitu sebagai berikut.
1. Kebutuhan dan keinginan
Jika kebutuhan dan keinginan konsumen besar maka penilaian dan
pengharapan konsumen juga besar, demikian pula sebaliknya. Jika
kebutuhan dan keinginan kecil maka penilaian dan pengharapan
konsumen juga kecil.
2. Pengalaman masa lalu
Pengalaman mengonsumsi produk yang sama atau produk lainnya
yang sama fungsinya.
3. Pengalaman dari teman
Teman Anda ada yang pernah mengonsumsi suatu produk sebelum
Anda, akan menceritakan kepada Anda kualitas produk tersebut
sehingga dapat menambah atau mengurangi penilaian dan
pengharapan Anda terhadap produk yang akan Anda konsumsi.
4. Komunikasi iklan dan pemasaran
Iklan dan pemasaran dapat mengubah pengharapan Anda
terhadap suatu barang. Mungkin saja pengharapan Anda terhadap
suatu produk tertentu karena penyajian dan pemasaran yang baik.
b. Karakteristik produk yang diinginkan konsumen
Konsumen biasanya menginginkan produk yang memiliki
karakteristik lebih murah, lebih cepat, dan lebih baik. Karakteristik lebih
murah berkaitan dengan biaya produksi suatu produk. Artinya, jika
produsen dapat menghasilkan produk yang lebih murah konsumen
akan lebih tertarik karena faktor harga merupakan pertimbangan paling
penting bagi konsumen dalam melakukan pembelian. Biasanya
produk yang lebih murah lebih diinginkan oleh konsumen
dibandingkan produk yang sama dengan harga yang lebih mahal.
Karakteristik lebih cepat berkaitan dengan waktu. Artinya,
konsumen menginginkan produk yang mudah didapat serta ada di
mana saja. Jadi, konsumen tidak perlu pergi jauh-jauh hanya untuk
mendapatkan suatu produk.
Karakteristik lebih baik berkaitan dengan kualitas produk. Kualitas
merupakan faktor yang cukup berperan dalam pengambilan keputusan
pembelian. Produk dengan kualitas yang lebih baik diinginkan oleh
konsumen dibandingkan produk yang sama dengan kualitas lebih jelek.
c. Pengeluaran untuk konsumsi
Besar kecilnya konsumsi yang dilakukan oleh konsumen (perilaku
konsumen) tergantung pada faktor-faktor berikut.
1. Selera (Taste)
Selera adalah keinginan yang muncul dari dalam hati
seseorang karena adanya daya tarik/rangsangan terhadap suatu
benda atau jasa sangat dipengaruhi oleh faktor psikologis
konsumen. Jika selera rendah, konsumsi pun rendah, sebaliknya
jika selera tinggi, jumlah konsumsi pun akan tinggi pula.
2. Tingkat pendapatan
Besar kecilnya tingkat pendapatan yang diterima oleh
seseorang sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya
pengeluaran untuk konsumsi.
3. Kebiasan dan sikap hidup
Hal ini menyangkut perilaku yang sering muncul dan
dilakukan oleh konsumen, misalnya hidup hemat atau sebaliknya
hidup senang atau boros.
4. Lingkungan tempat tinggal
Manusia selalu hidup beradaptasi atau dipengaruhi oleh
lingkungannya sehingga pola konsumsi pun dapat dipengaruhi
oleh lingkungan.
5. Alat distribusi
Pengadaan jumlah barang di suatu tempat tergantung pada
alat distribusi yang digunakan. Semakin baik alat transportasi yang
digunakan, semakin besar pengeluaran yang digunakan untuk
konsumsi.
Menurut Engel, semakin besar pendapatan seseorang semakin kecil
bagian pendapatannya yang digunakan untuk konsumsi, dan sebaliknya
semakin kecil pendapatan semakin besar bagian pendapatan yang dipakai
untuk konsumsi.

PERILAKU KONSUMEN DALAM KEGIATAN EKONOMI

Konsumen akan selalu melakukan kegiatan konsumsi, dimana dalam kegiatan konsumsi tersebut akan ada sesuatu yang diinginkan yaitu utilitas. Konsumen akan berusaha mendapatkan utilitas dari setiap kegiatan konsumsi yang dilakukan. Bahkan, konsumen akan berusaha agar utilitas yang diperoleh adalah utilitas maksimum. Utilitas maksimum adalah suatu kegiatan konsumsi konsumen dalam mencapai keseimbangan pasar, yaitu besar pengorbanan yang dikeluarkan sama atau sebanding dengan utilitas yang didapat dari barang yang dikonsumsi. Oleh karena itu, utilitas maksimum sering disebut keseimbangan konsumen.

Utilitas maksimum dalam mengonsumsi atau menggunakan barang dan jasa dapat diidentifikasi dengan tiga pendekatan, yaitu pendekatan kardinal (utilitas konsumen dapat diukur dengan angka) denngan menggunakan konsep Marginal Utility (MU), pendekatan ordinal (utilitas konsumen dapat dinyatakan melalui tingkatan-tingkatan utilitas dari tingkat rendah ke tingkat tinggi) dengan menggunakan konsep indifference curve (konsep kurva indiferen), dan garis anggaran (budget line).

++ Pendekatan
Dalam mempelajari perilaku konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang ada dua pendekatan, yaitu:
A. Pendekatan Kardinal
B. Pendekatan Ordinal

A. Pendekatan Kardinal
-Kepuasan seorang konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dengan satuan kepuasan misalnya mata uang.
-Setiap tambahan satu unit barang yang dikonsumsi akan menambash kepuasan yang diperoleh konsumen tersebut dalam jumlah tertentu.
-Tambahan kepuasan yang diperoleh dari penambahan jumlah barang yang dikonsumsi disebut kepuasan marginal (Marginal Utility).
-Berlaku hukum tambahan kepuasan yang semakin menurun (The Law of Diminishing Marginal Utility), yaitu besarnya kepuasan marginal akan selalu menurun dengan bertambahnya jumlah barang yang dikonsumsi secara terus menerus.

B. Pendekatan Ordinal
-Kelemahan pendekatan kardinal terletak pada anggapan yang digunakan bahwa kepuasan konsumen dari mengkonsumsi barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Padakenyataannya pengukuran semacam ini sulit dilakukan.
-Pendekatan ordinal mengukur kepuasan konsumen dengan angka ordinal (relatif).
-Tingkat kepuasan konsumen dengan menggunakan kurva indiferens (kurva yg menunjukkan tingkat kombinasi jumlah barang yang dikonsumsi yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama).

Dimana ciri-ciri kurva indiferens adalah:
1. Mempunyai kemiringan yang negatif (konsumen akan mengurangi konsumsi barang yg satu apabila ia menambah jumlah barang lain yang di konsumsi).
2. Cembung ke arah titik origin, menunjukkan adanya perbedaan proporsi jumlah yang harus ia korbankan untuk mengubah kombinasi jumlah masing-masing barang yang dikonsumsi (marginal rate of substitution).
3. Tidak saling berpotongan, tidak mungkin diperoleh kepuasan yang sama pada suatu kurva indiferens yang berbeda.

++ Konsep Elastisitas
Elastisitas dapat diartikan sebagai derajat kepekaan suatu gejala ekonomi terhadap perubahan gejala ekonomi lain atau dapat diartikan juga sebagai tingkat kepekaan perubahan kuantitas suatu barang yang disebabkan oleh adanya perubahan faktor-faktor lain.
Ada 3 (tiga) macam elastisitas, yaitu :

A. Elastisitas Harga (Price Elasticity), membahas perbandingan/ratio persentase perubahan kuantitas suatu barang yang diminta atau yang ditawarkan dengan persentase perubahan harga barang itu sendiri.

B. Elastisitas Silang (Cross Elasticity), membahas perbandingan/ratio persentase perubahan kuantitas suatu barang (barang X) yang diminta atau yang ditawarkan dengan persentase perubahan harga barang lain (barang Y).

C. Elastisitas Pendapatan/Income, membahas perbandingan/ratio persentase perubahan kuantitas suatu barang yang diminta atau yang ditawarkan dengan persentase perubahan income/pendapatan.

http://google.com

Senin, 27 September 2010

PUSAT KEGIATAN GURU, PROFESIONALITAS GURU, DAN APLIKASINYA DALAM PROSES PEMBELAJARAN

PENDAHULUAN
Berbagai kegiatan dalam proses pendidikan merupakan upaya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional seperti yang diamanatkan dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II pasal 4. Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Sejalan dengan hal itu, Tap MPR No. IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara tahun 1999–2004, Bab IV. E. 2, menjelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan kemampuan akademik dan profesional serta meningkatkan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga tenaga pendidik mampu berfungsi secara optimal terutama dalam peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat mengembalikan wibawa lembaga dan tenaga kependidikan.
Departemen Pendidikan Nasional, khususnya Direktorat Jenderal Pendidikan, berusaha keras melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan mutu personal dan sumber daya manusia (SDM) dalam bidang pengelolaan pendidikan atau tenaga kependidikan. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dasar, khususnya di Sekolah Dasar (SD), usaha kongkrit yang telah dilakukan adalah dengan mengadakan rintisan Sistem Pembinaan Profesional (SPP) guru. Pelaksanaan SPP guru dilakukan dengan membentuk gugus sekolah. Satu gugus sekolah terdiri dari 1 SD inti dan 7–8 SD imbas. Pada gugus sekolah dibentuklah PKG sebagai tempat untuk melakukan kegiatan pelatihan dan pembinaan profesional guru dalam meningkatkan proses pembelajaran.
Peningkatan mutu proses pembelajaran ditandai dengan adanya kualitas interaksi antara guru dan siswa. Untuk mencapai interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran, dilihat dari faktor guru, beberapa hal yang menentukan adalah kemampuan guru dalam menguasai materi, memilih dan menggunakan metode, mengelola kelas, memilih dan menggunakan media, serta melaksanakan penilaian, baik proses maupun hasil pembelajaran.
Kenyataan di lapangan, sistem pembinaan profesional yang baik belum menjamin peningkatan kualitas interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena perbedaan kemampuan guru dalam penguasaan materi, metode, media, pengelolaan kelas, serta penilaian proses dan hasil pembelajaran. Di samping itu, guru mempunyai latar belakang pendidikan dan kemampuan yang berbeda-beda, misalnya ada guru yang berlatar belakang SGB, SPG, KPG, diploma, ada yang sudah lulusan sarjana, bahkan ada yang terampil dan berpengalaman luas dan ada yang masih membutuhkan bimbingan, tuntunan, dan pemantapan yang lebih terarah. Juga ada guru yang mengajar di lokasi daerah kota dan ada yang di lokasi daerah desa. Untuk mengatasi heteroginitas guru itu, diperlukan wahana untuk pembinaan profesional secara terpadu. Salah satunya adalah dengan mendirikan dan mengembangkan PKG.
Untuk melihat sampai sejauh mana pengaruh PKG terhadap kinerja guru dilakukan penelitian di wilayah eks Karisedenan Pekalongan selama enam bulan. Penelitian dilakukan terhadap 60 orang guru SD yang memanfaatkan PKG sebagai tempat untuk pembinaan profesional guru. Sejumlah 20 guru dari Kota Pekalongan mewakili perkotaan, 20 guru dari Kabupaten Pemalang mewakili daerah peralihan, dan 20 guru dari Kabupaten Tegal mewakili pedesaan.
Pengumpulan data mengenai fungsi, manfaat, jenis kegiatan, dan pelaksanaannya dalam PKG, serta tindak lanjut kegiatan PKG dilakukan dengan menyebar angket. Di samping itu, observasi dilakukan untuk mengamati langsung kegiatan di PKG.
Analisis data penelitian yang telah terkumpul dilakukan dengan teknik deskriptif persentase, yakni menghitung persentase jawaban dari isian angket dan hasil observasi. Data yang terkumpul diklasifikasikan menjadi dua kelompok data, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diproses dengan dijumlahkan lalu dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan. Sementara data kualitatif, dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Selanjutnya, persentasi tersebut dikelompokkan dalam lima kategori sebagai berikut.
Kategori I
Baik Sekali
dengan indikator 81% - 100%
Kategori II
Baik
dengan indikator 61% - 80%
Kategori III
Cukup
dengan indikator 41% - 60%
Kategori IV
Kurang
dengan indikator 21% - 40%
Kategori V
Kurang sekali
dengan indikator 1% - 20%
EFEKTIVITAS PKG
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa PKG mempunyai efektifitas pemanfaatan yang sangat baik sebagai tempat untuk meningkatkan profesional guru SD dan aplikasinya dalam proses pembelajaran (lihat Tabel 1).
Tabel 1. Fungsi, Manfaat, Jenis Pelaksanaan Kegiatan, serta Tindak Lanjut PKG.
No
Variabel
Data Angket
(%)
Data Observasi (%)
Rata-rata
(%)
1
Fungsi PKG
91,35
88,45
89,90
2
Manfaat PKG
89,75
88,85
88,60
3
Jenis dan Pelaksanaan PKG
89,22
89,80
89,51
4
Tindak Lanjut PKG
95,40
88,80
92,10
Rata-rata
89.90
89,86
89,88
Upaya peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi memerlukan berbagai inovasi pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran, agar hasil pendidikan dapat menjembatani pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Salah satu inovasi pendidikan yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan tugas dan kinerja guru secara profesional.
Untuk meningkatkan tugas dan kinerja guru secara profesional, tidak lepas dari peningkatan kualitas interaksi antara guru, sumber belajar, dan siswa dalam proses pembelajaran. Kualitas interaksi guru, sumber belajar, dan siswa dalam proses pembelajaran ditandai dengan adanya pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk aktif, baik secara fisik, emosional, maupun sosial dengan melibatkan sebanyak mungkin indera siswa.
Untuk mendapatkan kondisi belajar siswa secara aktif dan optimal, diperlukan kemampuan dan keterampilan guru dalam merancang, mengelola proses pembelajaran, dan mengevaluasi proses belajar dengan memperhatikan beragam faktor, baik faktor pendukung maupun faktor penghambat. Minimal ada delapan faktor yang dapat mempengaruhi kondisi belajar dalam proses pembelajaran, yaitu: (1) tujuan yang ingin dicapai, (2) minat, kemampuan, dan motivasi siswa, (3) kemampuan profesional guru dan menata kelas, (4) pandangan guru terhadap siswa, (5) jumlah siswa dalam kelas, dan ukuran ruang kelas, (6) bahan kajian dari materi pelajaran, (7) alokasi waktu yang disediakan, dan (8) ketersediaan sarana dan dana (Karyadi, 1991).
Sejalan dengan hal itu, laporan Bank Dunia yang bertajuk Education in Indonesia : From Crisis to Recovery (23 September 1998) menyoroti persoalan guru dan tenaga kependidikan. Pada intinya, guru merupakan sentral dari upaya peningkatan mutu pendidikan, oleh sebab itu setiap upaya untuk membenahi pendidikan akan dan harus melibatkan penataan dan pembenahan terhadap guru (Jalal & Supriadi, 2001). Penataan dan pembenahan terhadap guru merupakan upaya memberda-yakan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional. Guru yang ‘berdaya’ adalah guru yang memiliki kemampuan untuk tampil dalam unjuk kerja secara profesional. Guru yang berdaya secara profesional memiliki dedikasi dan komitmen yang kuat terhadap kemajuan pendidikan, khususnya terhadap peserta didik.
Brandt (dalam Supriyadi 1998/1999) menjelaskan bahwa guru merupakan kunci dalam peningkatan mutu pendidikan dan mereka berada di titik sentral dari setiap usaha reformasi yang diarahkan pada perubahan kualitatif. Setiap usaha peningkatan mutu pendidikan seperti perubahan kurikulum, pengembangan metode pembelajaran, penyediaan sarana dan prasarana hanya akan berarti apabila melibatkan guru. Dengan demikian, peranan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan, khususnya melalui proses pembelajaran, sangat penting. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kondisi guru yang profesional masih memprihatinkan. Terutama guru-guru sekolah dasar (SD) di mana sebagian besar belum terdidik dan belum terlatih dengan baik. Di samping itu, mereka dibayar dengan murah. Sesuai hasil penelitian Balitbang-Dikbud, pada tahun 1986 masih banyak guru yang belum memiliki kelayakan mengajar (berpendidikan lebih rendah dari SPG). Guru yang tidak layak ini sangat bervariasi dari propinsi yang terendah (Yogyakarta) sampai kepada propinsi paling tinggi (Kalimantan Tengah) (ESR, dalam Suryadi dan Tilaar, 1993).
Kelayakan mengajar tidak cukup hanya diukur berdasarkan pendidikan formal tetapi harus juga diukur berdasarkan bagaimana kemampuan guru dalam mengajar dari sesi penguasaan materi, menguasai, memilih, dan menggunakan metode, media, serta mengeva-luasi pembelajaran. Sehubungan dengan hal itu, Jiyono (1987) menyimpulkan dari bahwa kemampuan guru SD dalam menguasai bahan pelajaran IPA pada umunya sangat menghawatirkan karena dari sampel guru SD yang diminta ‘menunjukkan’ dan ‘memasang’ suatu alat IPA hanya 70 % yang dapat menunjukkan dan kurang dari 50 % yang mampu memasang alat IPA tersebut. Untuk meningkatkan kemampuan kinerja guru secara profesional dibentuklah PKG sebagai tempat untuk berlatih dan meningkatkan berbagai pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan yang diperlukan dalam proses pembelajaran.
PKG pada dasarnya merupakan pusat kegiatan guru sekaligus sebagai bengkel kerja, pusat pertemuan, sarana diskusi dan pertukaran pengalaman serta kiat mengajar belajar. Karena itu PKG memiliki fungsi: (1) sebagai tempat pembahasan dan pemecahan masalah bagi guru yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas proses pembelajaran, (2) sebagai wadah kegiatan guru yang tergabung dalam satu gugus yang ingin maju meningkatkan profesinya secara bersama-sama, (3) sebagai tempat penyebaran informasi tentang pembaharuan pendidikan khususnya yang berkaitan dengan usaha peningkatan hasil belajar, (4) sebagai pusat kegiatan praktek pembuatan alat peraga, penggunaan perpustakaan serta perolehan berbagai keterampilan mengajar maupun pengembangan adminstrasi kelas (Tim Penatar Propinsi Jawa Tengah, 1995/1996).
Sejalan dengan hal itu, Ansyar dan Nurtain (1991/1992) menjelaskan bahwa PKG berfungsi sebagai ruangan Pusat Sumber Belajar (PSB) yang menyediakan berbagai informasi tentang pendidikan antara lain, bahkan kajian setiap mata pelajaran, alat-alat peraga pendidikan, contoh-contoh pengorganisasian kelas yang baik, contoh-contoh persiapan satuan pelajaran dan penyusunan ujian yang baik, serta dimanfaatkan sebagai tempat pertemuan para pengawas TK/SD atau kepala sekolah dengan beberapa guru untuk mendiskusikan berbagai gagasan dan kemajuan atau kegagalan dalam pendidikan di SD.
Hadiat (1989) menjelaskan bahwa PSB mempunyai sepuluh fungsi sebagai berikut.
1.Memberikan kesempatan kepada guru mengembangkan program pengajaran dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan proses pembelajaran.
2. Memberi kesempatan kepada guru melaksanakan program pangajaran secara optimal.
3.Memberi layanan fasilitas kepada guru untuk melaksanakan kegiatan proses pembelajaran secara individual dan kelompok.
4.Memberikan kesempatan kepada guru untuk melaksanakan latihan menggunakan dan memanfaatkan media pendidikan/alat peraga dalam rangka meningkatkan efektivitas proses pembelajaran.
5. Memberikan layanan konsultasi kepada guru dalam memodifikasi dan merancang alat atau fasilitas sesuai dengan program pengajaran yang dirancangnya.
6.Memberikan layanan kepada guru untuk melaksanakan latihan menggunakanteknik-teknik pembelajaran.
7. Memberikan layanan kepada guru disekitarnya dalam hal kegiatan yang berhubungan dengan pembelajaran.
8. Membantu sekolah dalam pemilihan alat-alat pelajaran dan media pendidikan.
9. Menyediakan bahan produksi dan pengajaran dengan pesanan.
10. Menyediakan fasilitas yang memungkinkan terjadinya lintas informasi antar sekolah.
PKG memiliki fungsi dan manfaat yang sangat strategis sebagai sarana atau tempat untuk saling tukar informasi dan pengalaman serta tempat untuk melaksanakan berbagai kegiatan pendidikan guna meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam proses pembelajaran yang inovatif dan profesional. Inovatif artinya guru selalu memiliki gagasan, perbuatan, keterampilan, atau sesuatu yang baru dalam konteks sosial tertentu dan pada jangka waktu tertentu untuk menjawab masalah-masalah yang dihadapi terutama yang berkaitan dengan kontek pendidikan. Profesional artinya guru harus memiliki dan menguasai serta terampil untuk menggunakan seperangkat kemampuan dasar guru sebagai berikut .
1. Mengembangkan kepribadian.
2. Menguasai landasan kependidikan.
3. Menguasai bahan pengajaran yang diajarkan.
4. Menyusun program pengajaran.
5. Melaksanakan program pengajaran.
6. Menilai hasil dan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
7. Menyelenggarakan program bimbingan di sekolah.
8. Menyelenggarakan administrasi sekolah.
9. Berinteraksi dengan teman sejawat dan masyarakat.
10. Menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pendidikan.
Selain sepuluh perangkat kemampuan dasar guru di atas, bahwa seorang guru yang profesional juga harus dapat menerapkan delapan keterampilan mengajar sebagai berikut:
1. Keterampilan bertanya.
2. Keterampilan menjelaskan.
3. Keterampilan mengadakan variasi.
4. Keterampilan memberikan penguatan atau reinforcement.
5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran.
6. Keterampilan mengelola kelas.
7. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil.
8. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. (Wiryawan dan Noorhadi. 1994).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa PKG mempunyai efektifitas pemanfaatan yang sangat baik sebagai tempat untuk meningkatkan profesional guru SD dan sekaligus dapat diaplikasi-kan dalam proses pembelajaran.
Saran
PKG mempunyai efektifitas pemanfaatan yang sangat baik sebagai tempat untuk meningkatkan profesionalitas guru SD. Upaya mengopti-malkan pemanfaatan PKG dapat dilakukan melalui beragam cara, tiga diantaranya adalah dengan:
1. Memfasilitasi guru-guru SD untuk menggunakan PKG secara optimal dan disiplin sebagai wahana tukar informasi dan pengalaman dalam berbagai kegiatan pendidikan.
2. Memanfaatkan kepala sekolah untuk memonitor dan mengevaluasi hasil-hasil kegiatan PKG.
3. Memberdayakan Pangawas TK/SD dan Kepala Dinas P&K mem-berikan motivasi dan penguatan terhadap guru-guru dan kepala SD untuk menggunakan PKG sebagai tempat untuk meningkatkan kinerja guru secara profesional.
DAFTAR RUJUKAN
Ansyar, M. & Nurtain, H. (1991/1992). Pengembangan dan inovasi kurikulum. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Depdikbud. Dirjen Dikdasmen. (1996/1997). Pedoman pengelolaan gugus sekolah. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SD, TK, dan SLB.
Hadiat. (1986). Konsep dan perincian tugas pusat sumber belajar. Jakarta : Depdikbud. Ditjen Dikdasmen.
Jalal, F. & Supriadi, D. (2001). Reformasi pendidikan dalam konteks otonomi daerah.Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Jiyono. (1987). Studi kemampuan guru IPA Sekolah Dasar. Jakarta: Puslitbang. Depdikbud.
Karyadi, B. (1991). Pengembangan dan inovasi kurikulum. Jakarta: Depdikbud, Ditjen Dikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Supriadi, D. (1998/1999). Mengangkat citra dan martabat guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Suryadi, A. & Tilaar, H.A.R. (1993). Analisis kebijakan pendidikan suatu pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tap MPR. (1999). Hasil Sidang Umum MPR RI Tahun 1999. No. IV Tentang Garis Garis Besar Haluan Negara. Solo: Pabelan.
Tim Penatar Propinsi Jawa Tengah. (1995/1996). Bahan penataran guru/kepala sekolah SD dan MI. Semarang: Depdikbud, Proyek Peningkatan Pembinaan SD Jawa Tengah.
Wiryawan, S.A. & Noorgadi. (1994). Strategi belajar mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.